Pemanfaatan Pekarangan Rumah dalam Memenuhi Kebutuhan Pangan di Masa Pandemi

Tigamatapena - Naufal Khairan, Mahasiswa Agroteknologi 2017
Ketersediaan bahan makanan menjadi salah satu permasalahan dalam kondisi pandemi covid 19 saat ini. Kebutuhan akan pangan tetap meningkat sementara produksi serta distribusinya mengalami hambatan. Makanan bergizi menjadi salah satu aspek Kesehatan yang perlu diperhatikan untuk menjaga daya tahan tubuh. Sementara harga bahan makanan terus meningkat, masyarakat dituntut untuk dapat bertahan dan mencukupi kebutuhan secara mandiri.
Keterbatasan lahan menjadi salah satu faktor pembatas yang mengakibatkan sulitnya usaha budidaya pangan. Masyarakat perkotaan tidak memiliki tempat untuk bertanam sehingga sangat terpengaruh oleh kondisi kelangkaan dan harga bahan makanan. Pemanfaatan luasan pekarangan atau halaman rumah menjadi salah satu alternatif yang dapat dipilih untuk tetap dapat mencukupi kebutuhan pangan secara mandiri. Hidroponik menjadi salah satu pilihan yang sangat memungkinkan untuk memaksimalkan potensi pekarangan dan mencukupi kebutuhan rumah tangga.
Hidroponik merupakan salah satu metode bercocok tanam tanpa menggunakan media tanah. Hidroponik sangat cocok diterapkan di daerah perkotaan padat penduduk karena minim memakan tempat dan tidak memerlukan tanah. Cara pembuatan serta bahan yang diperlukan pun cukup sederhana. Beberapa sistem hidroponik bahkan ada yang memanfaatkan barang bekas seperti botol plastik, kain bekas, dan berbagai bahan tak terpakai lainnya.
Sistem hidroponik yang terkenal terdiri dari 2 jenis yakni sistem NFT (Nutrient Film Technique) dan sistem Wick. Kedua sistem tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan masing masing. Berikut adalah cara pembuatan dari masing masing sistem hidroponik tersebut.
Hidropnik sistem NFT merupakan sistem hidroponik moderen yang paling banyak digunakan pada skala industri rumahan. Sistem terdiri dari susunan wadah bertingkat yang saling terhubung dan sirkulasi air otomatis. Sistem ini biasanya mengandalkan mesin pompa air untuk menyalurkan air ke tingkatan yang lebih tinggi dan menjaga oksigen tetap tersedia. Berikut adalah tahap pembuatan sistem hidroponik NFT.
Alat dan bahan yang diperlukan berupa: pipa paralon, sambungan pipa, pompa air (spesifikasi disesuaikan dengan ukuran sistem), lem atau perekat pipa, wadah penampungan air, alat pemotong (gergaji, gunting, cutter dll.), rockwool dan netpot.
Pembuatan selanjutnya diawali dengan pemotongan pipa paralon menjadi bagian dengan panjang dan ukuran yang sama, selanjutnya sisi pipa dilubangi sesuai dengan ukuran netpot berjarak 10 – 15 cm antar lubang. Pasang sambungan pipa pada setiap ujung sehingga membentuk sistem yang saling terhubung (terdapat saluran masuk dan keluar), selanjutnya install mesin pompa air, sambungkan pipa ke saluran masuk dan keluar (wadah penampungan air). Uji coba sistem dengan menggunakan air, pastikan sistem berjalan lancar dan setiap pipa teraliri air. Jika sistem sudah berjalan lancar, pasang netpot dan rockwool pada setiap lubang paralon, sistem NFT siap digunakan.
Hidroponik sistem Wick merupakan sistem hidroponik sederhana yang dapat diterapkan di berbagai kondisi. Berbeda dengan sistem NFT, sistem ini tidak memiliki mekanisme sirkulasi air otomatis sehingga memerlukan pengawasan berkala. Sistem ini mengandalkan sifat kapilaritas untuk mengalirkan air menuju akar tanaman. Adapun tahapan dalam pembuatan sistem hidropoonik Wick sebagai berikut.
Alat dan bahan yang diperlukan berupa: botol air mineral, alat pemotong (gunting/ cutter), kain bekas/ sumbu kompor/ kain flannel, paku/ pisau untuk melubangi dan media tanaman non tanah (rockwool, sabut kelapa, kerikil, sekam, lainnya)
Pembuatan selanjutnya diawali dengan pemotongan botol menjadi 2 bagian, tutp botol kemudian dilubangi menggunakan paku. Pasang kain bekas pada lubang tutup botol sebagai jalur air, gabungkan bagian botol dengan tutup botol menghadap ke arah bawah. Uji sistem dengan menggunakan air, pastikan sumbu/ kain dapat dialiri air. Isi media tanam (rockwool, sabut kelapa, sekam, dll) pada bagian atas dengan jumlah yang disesuaikan dengan ukuran botol, sistem Wick siap digunakan.
Tanaman yang dibudidayakan dengan sistem Hidroponik memerlukan input hara untuk menunjang pertumbuhan. Nutrisi yang biasa digunakan dalam Hidroponik dikenal dengan istilah AB MIX. AB MIX terdiri dari komposit hara A dan B yang mengandung nutrisi esensial untuk mempercepat pertumbuhan dan produksi tanaman. Berikut adalah cara pembuatan nutrisi AB MIX.
Tahap awal yang perlu dilakukan adalah pembuatan larutan stok A dan B. Pertama tama siapkan komposit hara A dan B dalam wadah terpisah, selanjutnya larutkan masing-masing hara dalam 500 mL air. Simpan larutan stok dalam botol, kemudian berikan label A dan B sesuai jenis larutan didalamnya. Untuk membuat 1 liter larutan nutrisi deperlukan 5 mL larutan stok A dan B. Larutan kemudian dicampurkan ke dalam 1 liter air hingga homogen dan siap digunakan.
Budidaya tanaman menggunakan sistem Hidrponik memiliki tantangan tersendiri. Berbeda dengan bertanam di atas tanah, sistem hidroponik tidak dapat menyediakan hara seperti halnya tanah. Berikut beberapa tips penting yang dapat digunakan dalam budidaya tanaman secara Hidrponik.
Pastikan tanaman yang dibudidayakan mendapatkan sinar matahari yang cukup, bila diperlukan dianjurkan menggunakan lampu UV untuk menunjang fotosintesis tanaman. Penanaman benih sebaiknya dilakukan pada wadah semai atau rockwool terpisah. Hal ini dilakukan untuk memperkecil resiko benih hanyut dan menyeleksi benih yang kurang berkualitas. Pisahkan tanaman yang terserang penyakit sesegera mungkin untuk memperkecil potensi penularan ke tanaman lain. Lakukan pemeriksaan berkala untuk memastikan ketinggian air dapat terjangkau dan sumbu akar tetap menyediakan air dalam jumlah yang cukup. Aplikasi nutrisi melalui daun (pupuk daun) sangat dianjurkan, terutama pada tanaman buah yang sulit mendapatkan hara tertentu.
Kelebihan yang dapat diperoleh dari sistem budidaya secara hidroponik diantaranya, tidak memerlukan tempat budidaya yang luas (efisien tempat), tanaman lebih higienis karena tidak terkontaminasi tanah/ penyakit tular tanah, minimal atau bebas penggunaan bahan kimia, efisien dalam penggunaan air dan pupuk, perawatan praktis dan kemudahan dalam kontrol penyakit tanaman, hasil panen dengan kualitas dan harga jual yang lebih tinggi.
Kekurangan dari sistem budidaya hidroponik diantaranya, memerlukan biaya/ modal awal yang cukup besar, memerlukan keterampilan dan ketelitian dalam pembuatan sistem, perawatan berkala serta input nutrisi yang harus diberikan intensif, kesalahan sistem dapat mengakibatkan kematian tanaman total.
Budidaya tanaman menggunakan sistem Hidroponik mampu menjawab permasalahan pangan di masa pandemi. Produk Hidroponik memiliki harga jual yang lebih tinggi sehingga dapat dijadikan sebagai salah satu pilihan usaha. Nilai gizi serta kebersihan produk Hidroponik lebih terjamin sehingga dapat meningkatkan daya tahan tubuh. Sistem hidroponik lebih ramah lingkungan karena menggunakan bahan bekas yang mudah ditemui. Selamat mencoba dan semoga berhasil.
Komentar Facebook
-
KaPuskesmas Baturusa Apresiasi Program PT. PJB dan BECAK Babel Peduli Covid-19
-
Zumaro dan Valensia Duta Bahasa Babel 2016
-
Dauri: Omnibus Law UU Ciptaker, Sumber Kedzoliman Negara ke Rakyat
-
"Safari Politik HIMAPOL ! Bangun Balunijuk Sebagai Jantung UBB"
-
Kenangan Akan Sejarah Toboali Menggelar Agenda Wisata Budaya Festival Toboali Tempo Doeloe
-
Tanaim: "Resi Gudang bukan Serta Merta Menaikan Harga!"
-
Serunya Berburu Lalat Buah Ala Kuliah Lapangan Mahasiswi Agroteknologi UBB
-
Sambut Mahasiswa Baru, Divisi An-Nisa’ LDK Al Madaniah UBB Gelar Acara Ta’aruf