Kunjungi Desa Petaling, Dua Dosen Agroteknologi UBB Beri Edukasi Inovasi POC dan Pengelolaan Agroekosistem Terintegrasi

Foto bersama Narasumber dan peserta program pengabdian masyarakat di Desa Petaling
Tigamatapena.com, Petaling - Dosen Program Studi Agroteknologi Universitas Bangka Belitung, Rion Apriyadi, S.P., M. Si dan Deni Pratama, S.P., M. Si menggelar program pengabdian masyarakat bertempat di gedung sekretariat Gapoktan Desa Petaling pada hari Jumat, (14/08/2020).
Program pengabdian masyarakat yang bertajuk "Agrotechnoplus: Desiminasi Inovasi POC dan Implementasi Pengelolaan Agroekosistem Terintegrasi dalam Pemberdayaan Petani Komoditas Lada Sebagai Komoditas Unggul Desa Petaling” tersebut dihadiri oleh Sekretaris Desa Petaling, Babinsa, Bhabinkantibmas, Perwakilan Kelompok tani, Ketua Gapoktan Petaling beserta masyarakat Desa Petaling.
Sekretaris Desa Petaling dalam sambutannya menyampaikan dukungan dan ucapan terimakasih kepada Dosen Program studi Agroteknologi karena telah datang langsung ke petani untuk berbagi ilmu terkait pengelolaan lada serta tata cara pembuatan POC.
“Program ini sangat penting untuk memberdayakan petani kami di desa Petaling, apalagi dalam membangun kembali semangat petani dalam bertanam lada. Kami berterima kasih kepada jurusan pertanian UBB yang tetap memperhatikan petani ditengah pandemi ini” pungkasnya.
Pemaparan materi mengenai pengelolaan agroekosistem lada yang disampaikan oleh Rion Apriyadi, S.P., M.Si menjadi pengawal kegiatan program tersebut. Ia menjelaskan tentang pengelolaan lingkungan tanaman lada guna meningkatkan produktivitas lada di Kep. Bangka Belitung khususnya Desa Petaling.
Menurutnya, pengelolaan lingkungan tanaman lada sangat penting untuk diterapkan karena dapat mengurangi biaya produksi dalam budidaya lada yang relatif tinggi serta mengurangi resiko penggunaan bahan kimia yang dapat menyebabkan kanker paru-paru bagi manusia.
"Ini yang menjadi salah satu kelemahan petani kita, fokus kita adalah kepada budidaya intensif dengan banyak menggunakan bahan kimia seperti pupuk kimia dan pestisida kimia, padahal memanfaatkan ekosistem sekitar dapat dilakukan sebagai alternatif pengelolaan lingkungan yang efisien untuk mendukung budidaya tanaman”, ujar Rion.
Lebih lanjut, Rion menyampaikan bahwa contoh pengelolaan lingkungan sederhana yakni dengan pembuatan parit di sekeliling kebun lada serta pembuatan parit kecil per 20 m dalam kebun lada dengan kedalaman 30 cm untuk mencegah penyebaran patogen penyebab penyakit berpindah dari satu tanaman ke tanaman lainnya. Pembuatan parit berfungsi untuk mengelola kelembaban sekitar areal perkebunan lada sehingga memaksimalkan peran lingkungan untuk mendukung pertumbuhan tanaman.
Pemaparan materi berikutnya yakni berupa demonstrasi oleh Deni Pratama, S.P., M.Si terkait pembuatan Pupuk Organik Cair (POC) sederhana dari bahan organik yang berasal pada limbah pertanian maupun limbah rumah tangga.
Deni menyampaikan bahwa biaya produksi dalam proses pemupukan tanaman lada juga dapat dikurangi jika petani lada mengaplikasikan pupuk sesuai dengan rekomendasi pemupukan serta memanfaatkan bahan alam seperti limbah yang dapat dijadikan bahan baku pembuatan pupuk seperti POC.
Deni mengarakan contoh limbah yang dapat dijadikan bahan baku pembuatan POC diantaranya ialah limbah sayur, kotoran sapi, kotoran ayam, enceng gendok, limbah kulit nenas, limbah ikan yang banyak mengandung protein sehingga dapat menyediakan N dalam jumlah yang banyak, sabut kelapa, batang pisang dapat menyediakan unsur K bagi tanaman, serta bahan organik lainnya yang dapat menyesuaikan dengan kebutuhan tanaman.
“POC ini sangat ramah lingkungan, mudah pembuatannya dan yang terpenting memiliki kandungan hara makro dan mikro yang baik untuk pertumbuhan tanaman”, ujar Deni.
Deni mendemonstrasikan cara pembuatan POC dari limbah jeruk yang dimulai dari pencacahan kulit jeruk, pencampuran bahan baku pembuatan POC dalam satu wadah, serta penambahan sebanyak 1 liter gula aren yang telah dicairkan, 1 liter air cucian beras yang berfungsi sebagai nutrisi bagi mikroorganisme dekomposer bahan organik, 1 liter air kelapa yang berfungsi sebagai zat pengatur tumbuh tanaman, serta penambahan air. Selanjutnya semua bahan diaduk dan POC didiamkan selama kurang lebih 2-4 minggu dalam kondisi tertutup tergantung dari bahan dasar pembuatan POC.
Penyampaian materi disambut antusias oleh para peserta kegiatanpengabdian masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan keaktifan peserta yang bertanya selama sesi diskusi. Acara ditutup dengan foto bersama para narasumber beserta peserta kegiatan pengabdian masyarakat di Desa Petaling.
Rion dan Deni berharap agar materi yang disampaikan dapat menambah wawasan masyarakat Desa Petaling dan menjadi pemacu agar masyarakat mampu menerapkan pengelolaan agroekosistem lada yang terintegrasi serta memanfaatkan limbah organik sebagai pupuk organik cair bagi tanaman.
Komentar Facebook
-
Upaya Mendukung Strategi Penanganan Kerawanan Pangan
-
Berburu Siluet Cantik di Tanjung Pendam
-
Tim UBB Unjuk Taring pada LKTI Kemaritiman Dikancah Nasional Di UNHAS dengan Konsep Edu-Ekowisata Babel
-
Dauri: Omnibus Law UU Ciptaker, Sumber Kedzoliman Negara ke Rakyat
-
Aktor Film "Ketika Cinta Bertasbih" Rayakan Maulid Nabi di Desa Kacung
-
Dosen Agroteknologi Kenalkan Strategi Pengolahan Nenas Unggul Berdaya Saing dan Manajemen Limbah Pasca Produksi
-
Lahan Yang Mencemaskan
-
Ilmu baru dalam "Fun Planting" Siswa/I SDIT AL-MANSYUR, Stek Bougenvill menjadi Ikon